Transkrip Sesi Terapi Kelompok: “Saya, Kegagalan Hidup, dan GBOWIN Login”

Fasilitator: Psikolog Fiktif – Ibu Ratna, S.Psi
Lokasi: Ruang Serbaguna RW 07, Jakarta Barat
Tema Sesi: Mengelola harapan yang tidak realistis
Peserta: 6 orang dengan latar belakang ekonomi dan emosi berbeda


[Pembukaan Sesi]

Ibu Ratna:
Selamat siang semuanya. Terima kasih sudah datang. Hari ini kita akan berbicara tentang satu hal yang… katanya bikin deg-degan tiap malam: GBOWIN login. Siapa yang mau cerita duluan?


[Testimoni Peserta]

BUDI, 32, Freelance tapi nganggur:
Saya login tiap malam, Bu. Jam 11 atau 12.
Rasanya kayak... ada harapan baru muncul walau hidup lagi nyungsep.
Kadang saya sadar, ini gak logis. Tapi ya… gaji telat, saldo e-wallet kosong.
Yang bisa saya lakukan cuma login.

Ibu Ratna:
Apa yang kamu cari dari proses login itu, Bud?

BUDI:
Rasa kendali. Soalnya di dunia nyata, saya gak punya itu.


MIRA, 27, Kasir minimarket:
Saya login bukan buat menang.
Saya login buat ngerasa saya masih punya peluang, walau kecil.
Kadang saya sambil doa kecil:
“Ya Tuhan, kalau Engkau gak bisa kasih jawaban sekarang, kasih aja angka yang pas.”

Semua tertawa pelan.
Bukan karena lucu, tapi karena paham.


DANI, 38, Mantan guru honorer:
Awalnya saya benci orang yang main beginian.
Tapi setelah saya kena PHK, rasanya GBOWIN login kayak ruang meditasi.
Saya jadi tahu bahwa harapan itu bisa diklik.
Meski hasilnya nihil,
minimal saya merasa masih bisa mencoba.


[Intervensi Fasilitator]

Ibu Ratna:
Teman-teman, yang kalian alami bukan soal judi.
Tapi soal kehilangan arah. Dan GBOWIN login menjadi simbol bahwa kalian belum menyerah.
Itu manusiawi.

Tapi mari kita tanyakan juga:
Apakah kita login untuk hidup…
atau kita hidup hanya untuk login?


[Penutup Sesi]

Semua hening. Lalu tertawa. Lalu saling pandang.
Bukan karena sudah sembuh,
tapi karena tahu — bahwa mereka tidak sendirian dalam absurditas harapan ini.


Kesimpulan

GBOWIN login bukan sekadar fitur digital.
Bagi banyak orang Indonesia, ia adalah ritual harapan diam-diam,
tempat mereka bisa merasa berdaya, walau hanya lewat layar kecil.

Dan kadang... itu cukup untuk bertahan satu hari lagi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *